Senin, 27 April 2009

Kontribusi Pembinaan Mahasiswa oleh Dosen Terhadap Kegairahan Belajar Mahasiswa

Kontribusi Pembinaan Mahasiswa oleh Dosen Terhadap Kegairahan Belajar Mahasiswa



Ditulis oleh Rita Zahara
Abstrak
Keberhasilan dari proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor yang merupakan komponen pembelajaran. Salah satu faktor dari komponen pembelajaran adalah faktor dosen sebagai pembina mahasiswa. Salah satu keberhasilan dari pembinaan dosen dengan berupaya menciptakan suasana kegairahan belajar mahasiswa, yang dapat ditumbuhkan baik dalam situasi akademik dan non akademik.
A. Latar Belakang Masalah
Seorang dosen berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar ( PBM ), bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif, mengembangkan materi perkuliahan dengan baik, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk merespon materi kuliah dan memahami tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Dalam memenuhi harapan tersebut dosen dituntut mampu mengelola PBM dengan baik dan maksimal yang dapat memberikan rangsangan kepada mahasiswa sehingga mahasiswa tertarik untuk belajar karena memang mahasiswa merupakan subjek utama dalam belajar. Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya sifat – sifat mahasiswa yang afektif yang berupa minat, perhatian dan motivasi mahasiswa dalam belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran seorang pengajar harus menguasai tugasnya sebagai profesi yang meliputi tugas mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada mahasiswa. Kondisi belajar mengajar efektif harus diciptakan karena kadang kala terdapat kecenderungan dosen dalam PBM hanya melakukan transfer ilmu pengetahuan tanpa memberikan arahan dan bimbingan kepada mahasiswanya. Arahan dan bimbingan yang dilakukan dosen kepada mahasiswanya bisa berupa arahan dan bimbingan mengenai prinsip-prinsip hidup, arahan bagaimana cara mencapai cita-cita hidupnya, arahan dan bimbingan kepada mahasiswa menyangkut bagaimana cara belajar yang efektif dan benar, bimbingan karier mahasiswa setelah lulus, arahan hidup bermasyarakat dengan baik sehingga mahasiswa tersebut diharapkan pandai menempatkan dirinya di masyarakat , selanjutnya arahan dan bimbinan dalam menghadapi situasi kerja seperti persiapan apa atau keterampilan apa yang harus dimiliki mahasiswa agar mudah mendapatkan pekerjaan setelah lulus.
Jadi mendidik tidak hanya membuat mereka / mahasiswa tahu ilmu pengetahuan, teknologi serta kemampuan mengembangkannya, tetapi mendidik membuat mahasiswa menjadi sopan, taat, loyal, hormat, sederhana, jujur,setia, serta memiliki motivasi untuk belajar yang diwujudkan dalam bentuk adanya kegairahan belajar pada diri mahasiswa. Dengan demikian mendidik adalah membantu mahasiswa dengan penuh kesadaran baik dengan alat maupun tidak untuk mengembangkan dan menumbuhkan kemampuan serta peran dirinya sebagai individu, anggota masyarakat maupun sebagai umat Tuhan.
Akibat kurangnya pemberian pembinaan yang mengarah pada ranah afektif banyak mahasiswa yang kurang antusias dalam proses pembelajaran. Mahasiswa kurang bersemangat dalam belajar sehingga banyak mahasiswa yang tidak hadir atau keengganan dalam mengikuti pembelajaran dengan berbagai alasan. Hal tersebut sangat memprihatinkan bagi penulis terlebih-lebih terjadi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Langlangbuana ( FKIP UNLA ) Bandung, ada sebagian mahasiswa-mahasiswanya yang kurang memiliki kegairahan dalam belajar, sehingga menimbulkan berbagai pertanyaan yang mengarah pada mengapa mahasiswa tersebut kurang bergairah dalam belajar, apakah dosennya yang membosankan dalam menyampaikan materi pelajaran, apakah sistem dan budaya di lingkungan kampus yang terlalu longgar dalam menerapkan disiplin belajar atau apakah ada faktor eksternal yang mempengaruhi kegairahan belajar mahasiswanya.
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana proses pembinaan terhadap mahasiswa yang dilakukan Dosen dalam proses pembelajaran ?
2. Bagaimana tingkat kegairahan mahasiswa ?
3. Bagaimana kontribusi dari pembinaan yang dilakukan dosen kepada mahasiswanya dalam upaya menciptakan kegairahan belajar mahasiswa?
C. Tujuan Penelitian
1. Proses pembinaan terhadap mahasiswa yang dilakukan Dosen dalam proses pembelajaran.
2. Tingkat kegairahan mahasiswa.
3. Kontribusi dari pembinaan yang dilakukan dosen kepada mahasiswanya dalam upaya menciptakan kegairahan belajar mahasiswa.
D. Kegunaan Penelitiaan
1. Kontribusi bagi FKIP UNLA Bandung, hasil penelitian ini akan mengungkapkan bagaimana penilaian mahasiswa terhadap dosen dalam proses pembinaan yang dilakukan dosen terhadap mahasiswa sebagai upaya meningkatkan kegairahan belajar mahasiswa serta mengungkapkan bagaimana persepsi mahasiswa mengenai kegairahan belajar yang dirasakan mahasiswa itu sendiri. a. Melakukan peninjauan, penelaahan serta evaluasi penyelenggaraan institusi, secara khusus dalam hal upaya peningkatan kualitas proses pengajaran di FKIP UNLA Bandung.
2. Kontribusi bagi para pengajar, secara teoritis dan praktis dapat mengembangkan ilmu pendidikan, serta dapat melakukan peninjauan, penelaahan, dan evaluasi terhadap tindakan-tindakan atau upaya-upaya pembinaan yang harus dilakukan dalam upaya menciptakan kegairahan belajar.
E. Hipotesis
H0 = Ada pengaruh pembinaan yang dilakukan dosen kepada mahasiswa terhadap kegairahan belajar mahasiswa.
H1 = Tidak ada pengaruh pembinaan yang dilakukan dosen kepada mahasiswa terhadap kegairahan belajar mahasiswa
F. Pembinaan Dosen
Keberhasilan proses pembelajaran salah satunya ditentukan oleh proses pembinaan yang dilakukan dosen terhadap mahasiswa. Tugas dan tanggung jawab dosen sebagai Pembina mahsiswa dituntut tidak hanya mampu menyampaikan materi perkuliahan tetapi juga harus memiliki kemampuan memotivasi belajar mahasiswa dengan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan harapan dapat menumbuhkan gairah belajar mahasiswa sehingga tujuan utama pembelajaran dapat berhasil secra optimal.
Delapan keterampilan mengajar sebagai berikut:
1. Keterampilan bertanya perlu dikuasai tenaga pendidik untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dimana tujuannya untuk mengetahui tingkat daya serap dari materi yang disampaikan dalam pembelajaran.
2. Memberi penguatan ( Reinforcement ) merupakan respons yang dilalukan pengajar terhadap perilaku peserta didik yang positif sehingga dapat memungkinkan terulangnya kembali perilaku tersebut.
3. Mengadakan Variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai pengajar untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias dan penuh partisipasi.
4. Menjelaskan adalah mendeskrifsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku.
5. Membuka dan menutup pelajaran. Membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan pengajar tentang memulai dan mengakhiri pembelajaran.
6. Membimbing diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran yang melibatkan tiga sampai lima orang dalam setiap kelompok, berlangsung secara informal, memiliki tujuan yang ingin dicapai, dan berlangsung secara sistematis.
7. Mengelola kelas merupakan keterampilan pengajar untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengedalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas: (1) Kehangatan dan keantusiasan, (2) tantangan, (3) Bervariasi, (4) Luwes, (5) Penekanan pada hal-hal positif, dan (6) Penanganan disiplin diri.
8. Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan pengajar memberikan perhatian terdapa setiap peserta didik dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara pengajar dan eserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik.
Menurut Mulyasa E, ( 2005 : 161 ) mengatakan bahwa:
“ Pengajar kreatif, profesional dan menyenangkan harus memiliki berbagai konsep dan cara untuk mendongkrak kualitas pembelajaran antara lain dengan mengembangkan kecerdasan Emosi ( emotional Quotient ), mengembangkan kreativitas ( Creativity Quotient ) dalam pembelajaran, mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang, membangkitkan nafsu belajar, memecahkan masalah, mendayagunakan sumber belajar, dan melibatkan masyarakat dalam pembelajaran”.

G. Kegairahan Belajar
Proses pembelajaran tidak selalu efektif dan efesien dan hasil proses belajar mengajar tidak selalu optimal, karena ada sejumlah hambatan, karena itu, guru dalam memberikan materi pelajaran hanya yang berguna dan bermafaat bagi para siswanya. Materi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan mereka akan pelajaran tersebut. Belajar seperti ini akan lebih mengutamakan penguasaan ilmu, dan diyakini akan memberi peluang untuk siswa lebih kreatif dan guru lebih profesional. Dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna dimana guru mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat membangun kreatifitas siswa untuk menguasai ilmu pengetahuan.
Berdasarkan uraian di atas kepercayaan akan kemampuan dan motivasi siswa merupakan hal yang paling dasar yang harus ditanamakan sebagai upaya untuk menciptakan semangat dan kegairahan belajar mahasiswa. Selain itu membangun ikatan emosional antara pendidik dan peserta didik yaitu dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan dan menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar.Sebagaimana yang diutarakan oleh Gardner ( dalam Bobbi Deporter, 2003:23 ) bahwa:
Kita harus menggunakan keadaan positif anak untuk menarik mereka ke dalam pembelajaran di bidang-bidang di mana mereka dapat mengembangkan kompetensi…
Flow adalah suatu keadaan dimana seseorang sangat terlibat dalam sebuah kegiatan sehingga hal lain seakan tidak berarti. Flow adalah keadaan internal yang menandakan bahwa seorang anak mengerjakan tugas dengan tepat. Seorang harus menemukan sesuatu yang dia sukai, lalu tekunilah. Disekolah saat anak merasa bosan, mereka akan berontak dan berulah. Jika mereka dibanjiri tantangan, mereka akan mencemaskan pekerjaan sekolah. Tetapi seseorang akan belajar dengan segenap kemampuan jika dia menyukai hal yang dia pelajari dan dia senang jika terlibat dalam hal tersebut.

Untuk menarik keterlibatan siswa, guru harus membangun hubungan, yaitu dengan menjalin simpati dan saling pengertian. Hubungan akan membangun jembatan menuju kehidupan- bergairah belajar siswa. Membuka jalan memasuki dunia baru mereka, mengetahui minat kuat mereka, berbagi kesuksesan-puncak mereka dan berbicara dengan bahasa-hati mereka. Membina hubungan biasa memudahkan pendidik melibatkan peserta didik, memudahkan pengelolaan kelas, memperpanjang waktu focus dan meningkatkan kegembiraan. Seorang pendidik di dalam melakukan pembinaan akan mencapai hasil lebih tinggi jika mereka menyingkirkan segala ancaman, melibatkan emosi siswa, dan membangun hubungan.
H. Pengaruh Pembinaan yang dilakukan Dosen terhadap kegairahan belajar mahasiswa
Banyak penelitian yang dilakukan terhadap pengaruh guru terhadap para siswa. Hasil-hasil penelitian selalu menunjukan bahwa para siswa yang di bimbing oleh guru yang memiliki kesehatan mental yang baik memperlihatkan setabilitas emosional yang lebih tinggi dari pada para siswa yang dibimbing oleh guru yang mentalnya kurang sehat.sementara itu, bedasarkan hasil-hasil penelitian tentang pengaruh adjustment guru-guru terhadap perkembangan anak-anak tidak perlu dipertanyakan lagi karena keadaan kesehatan mental guru-guru memang mempengruhi tingkah laku para siswa yang dibimbingnya.
Dalam hubungannya dengan pembentukkan sikap, perasaan senang atau tidak senang, cita-cita dan sebagainnya ada yang berpendapat bahwa hal-hal tersebut tidak diajarka dengan sengaja, tetapi merupakan hasil tambahan atau by product dari belajar formal, yaitu belajar yang disengaja dan dipimpin serta diarahkan oleh pendidik, tetapi yang paling Penting adalah suasana kelas dan tindakan-tindakan pendidik dalam mempengaruhi pembentukan sikap dan perasaan para peserta didik. Suasana perkuliahan yang tegang akibat sikap dan tindakan pendidik yang otoriter, suka mencela, dan tidak mau mengerti tentang keadaan mahsiswanya akan berlainna pengaruhnya terhadap para mahasiswa dibandingkan dengan suasana di mana seorang Dosen dapat menciptakan iklim belajar-mengajar yang hangat, demokrasi dan mengerti serta menghargai pendapat para mahasiswanya, sikap saling menghargai tak mungkin tumbuh pada diri mahasiswa bila dosen sendiri tidak dapat menunjukkan sikap menghargai terhadap individu para mahasiswanya.
Dua hal menjadi jelas dari kriteria di atas, yaitu 1) Guru yang baik melihat tujuan mereka dan mereka bekerja dengan penuh keyakinan, 2) Guru harus memberi contoh tentang kebiasaan belajar, memberikan perhatian dan usaha yang berencana tentang pengembangan dirinya secara terus-menerus melalui belajar.
Hasil-hasil penelitian tentang ciri-ciri pendidik yang efektif menunjukkan bahwa suasana manusiawi ( the human climate ) untuk belajar lebih penting daripada prosedur mengajar yang spesifik.
Sedangkan menurut pandangan mahasiswa sifat-sifat karakteristik pendidik yang disenangi oleh para siswa adalah guru-guru yang: 1) Demokratis, 2) Suka bekerja sama ( Kooperatif ), 3) Baik hati, 4) Sabar, 5) Adil, 6) Konsisten, 7) Bersifat terbuka, 8) Suka menolong, dan 9) Ramah tamah. Sifat-sifat lain yang disenangi siswa adalah: 1) Suka humor, 2) memiliki bermacam ragam minat, 3) Menguasai bahan pelajaran, 4) Fleksibel, dan 5) menaruh minat yang baik terhadap siswa.
Pendidik yang demokratis memberikan kebebasan kepada anak disamping mengadakan pembatasan-pembatasan tertentu, tidak bersifat otoriter dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan serta dalam berbagai kegiatan. Pendidik yang suka bekerja sama bersikap saling memberi dan saling menerima dan dilandasi oleh kekeluargaan dan toleransi yang tinggi. Pendidik yang baik hati bersikap suka memberi dan berkorban untuk kepentigan anak didiknya. Pendidik yang sabar tidak suka marah dan lekas tersingggung serta suka menahan diri. Pendidik yang adil tidak bersikap membeda-bedakan anak dan memberi anak sesuai dengan kesempatan yang sama bagi semuanya. Pendidik yang konsisten selalu berkata sama dan bertindak sama sesuai dengan ucapannya baik dulu maupun seterusnya . Pendidik yang bersifat terbuka akan bersedia menerima kritik dan saran dan kalau perlu mengakui kekurangan dan kelemahannya. Pendidik yang suka menolong senantiasa siap membantu anak-anak yang mengalami kesulitan atau masalah tertentu. Pendidik yang ramah tamah mudah bergaul dan disenangi oleh semua orang; dia tidak sombong dan bersedia bertindak sebagai pendengar yang baik di samping sebagai pembicara yang menarik. Pendidik yang suka humor banyak disenangi oleh para peserta didik dengan kepandaiannya membuat siswa menjadi gembira dan tidak tegang atau terlalu serius. Pendidik yang memiliki berbagai macam minat akan merangsang siswa dan dapat melayani berbagai minat. Pendidik yang menguasai bahan pelajaran dapat menyampaikan materi pelajaran dengan lancar dan menumbuhkan semangat dikalangan mahasiswa. Pendidik yang fleksibel umumnya tidak bersikap kaku. Pendidik yang menaruh minat terhadap siswa menyebabkan anak merasa diperhatikan dan dihargai.
I. Metoda dan Sifat Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode deskritif tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta koneksi antar fenomena yang diselidiki.
Sifat penelitian adalah kuantitatif, karena akan mengkorelasikan dua kelompok data tentang pembinaan Dosen dan Kegairahan belajar mahsiswa dengan melakukan uji statistik.
J. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas = X, yaitu pembinaan yang dilakukan dosen kepada mahasiswa.
2. Variabel terikat = Y, yaitu Kegairahan belajar mahasiswa.
Indikator dalam penelitian adalah: Pembinaan Dosen diartikan sebagai pembinaan yang dilakukan dosen kepada mahasiswanya baik pembinaan dari segi akademik maupun non akademik dan pembinaan yang difokuskan pada sifat-sifat kogitif, afektif dan psikomotor, dimana pembinaan yang dilakukan oleh dosen secara psikologis dirasakan secara langsung maupun tidak langsung oleh mahasiswa sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap kegairahan belajar yang ada pada diri mahasiswa. Indikator variabel X ini dituangkan dalam sejumlah item pernyataan-pernyataan dan di buat dengan menggunakan skala likert yang memang secara teoritik memadai untuk digunakan dalam pengukuran dari pembinaan mahasiswa oleh dosen.
Sedangkan Variabel Y yang berupa kegairahan belajar merupakan keadaan yang bersifat psikologis yang dirasakan oleh mahasiswa terhadap pembinaan yang dilakukan oleh dosen yang bersangkutan.
K. Sumber Dan Jenis Data
Data yang diperlukan di dalam penelitian ini, selain bersumber dari responden juga bersumber dari informan.
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari mahasiswa, tentang:
a. Pembinaan yang dilakukan dosen terhadap mahasiswa dalam menciptakan kegairahan belajar mahasiswa.
b. Mengukur tingkat kegairahan belajar mahasiswa
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari institusi yang berkaitan dengan penelitian ini.
L. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Langlangbuana Bandung khususnya Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Akuntansi yang berjumlah 117 Mahasiswa.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 71 mahasiswa dari 117 mahasiswa dengan menggunakan teknik pengambilan Sampel Random Sampling ( SRS ).
M. Teknik pengumpulan data
1. Kuisioner (daftar pernyataan)
2. Studi dokumenter.
N. Instrumen Pengumpulan Data
Angket penelitian ini merupakan pernyataan tertulis yang diajukkan kepada seluruh responden yakni seluruh mahasiswa yang ada d Jurusan PIPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Langlangbuana Bandung. Angket ini untuk mengungkap persepsi mahasiswa tentang variable – variable yang diteliti yaitu tentang pembinaan dosen terhadap mahasiswa dan dampaknya terhadap tinggi rendahnya kegairah belajar mahasiswa.
Pernyataan kuesioner terdiri dari 60 pernyataan yang dikembangkan dari indikator. Nilai dari indikator tersebut menggunakan model skala likert.
Jumlah nilai tersebut merupakan nilai ordinal, sehingga nilai tersebut dikonversikan ke nilai baku, yaitu Z score

Instrumen penelitian tidak diuji lagi mengenai validitas dan realibilitasnya, karena kuesioner tersebut merupakan kuesioner yang sudah baku dan telah diuji coba.
O. Teknik Pengolah Data
Pengolahan data hasil penelitian setelah kedua data dibuat table statistiknya dilakukan uji korelasi yang sesuai dengan langkah-langkah penentuan korelasi antara dua variable. Sebelum dilakukan uji korelasi terlebih dulu data tersebut diubah kedalam bentuk data interval dengan menggunakan transformasi Z skor sebagai berikut , Nurgana (1993:70).
Setelah datanya dalam bentuk interval dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas dari kedua kelompok data tersebut
Pengujian normalitas digunakan uji Shapiro Wilk, Lillieforts serta gambar normal probability plots (Santoso, 2005: 209).
Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut:
a. Buka file deskriptif.
b. Dari menu utama SPSS, pilih menu analyze, lalu submenu descriptive statistics. Kemudian pilih explore.
c. Pengisian data, dependent list, masukan variable prestasi. Factor list masukan pendidikan orang tua.
d. Kemudian klik mouse pada pilihan normality plots with test (Santoso, 2005: 209).
2. Analisis Regresi Linier
Analisis regresi adalah suatu analisis untuk mengetahui besarnya pengaruh perubahan X terhadap perubahan Y. Teknik ini dipakai untuk mempelajari hubungan yang ada diantara variabel-variabel sehingga dari hubungan yang diperoleh dapat menaksirkan nilai variabel dependent (Y) apabila nilai variabel independentnya (X) diketahui. Untuk keperluan penelitian ini, peneliti mengasumsikan data yang diperoleh berdistribusi normal dan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen merupakan hubungan linier, maka persamaan regresinya adalah sebagai berikut: Menentukan persamaan regresi linear sederhana dengan dan

3. Analisis Koefisien Korelasi
Untuk mengetahui kekuatan hubungan antara dua variabel yaitu kekuatan hubungan antara variabel independent (X) dengan variabel dependent (Y) diformulasikan sebagai koefisien korelasi r, dengan formula:

Nilai koefisien korelasi r adalah : -1  r  1, artinya:
a. Bila nilai r = -1, maka korelasi antara dua variabel dikatakan sangat kuat dan negatif. Korelasi negatif berarti hubungan antara kedua variabel bersifat berlawanan arah data arti bahwa apabila terjadi kenaikan nilai variabel X maka akan diikuti oleh penurunan nilai variabel Y dan sebaliknya.
b. Bila nilai r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lemah atau tidak terdapat korelasi sama sekali.
c. Bila nilai r = 1 atau mendekati 1, maka kedua variabel dikatakan sangat kuat dan positif. Korelasi positif berarti hubungan antara kedua variabel bersifat searah, dengan kata lain kenaikan atau penurunan nilai X akan diikuti dengan kenaikan atau penurunan nilai Y.
Untuk dapat memberi interprestasi terhadap kuatnya hubungan kedua variabel digunakan pedoman seperti pada tabel di bawah ini:
4. Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi (r2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y) atau seberapa besar kontribusi variabel X terhadap variabel Y yang dapat dihitung dengan rumus:
Kd = r2 x 100%
Keterangan :
Kd = Koefisien determinasi
= Koefisien korelasi
Karena nilai Kd merupakan kuadrat dari r, maka koefisien determinasi tidak pernah negatif dan paling besar sama dengan satu. Dengan demikian besarnya nilai Kd adalah .
5. Uji Hipotesis
Menguji keberartian koefisien korelasi dengan uji t dengan rumus , Adapun perumusan Ho dan Ha sebagai berikut:
Ho:  = 0: artinya tidak ada pengaruh antara variabel X ( Pembinaan yang dilakukan dosen) terhadap variabel Y (kegairahan belajar mahasiswa ).
H1:  ≠ 0: artinya ada pengaruh antara variabel X ( Pembinaan yang dilakukan dosen) terhadap variabel Y (kegairahan belajar mahasiswa).
Dalam pengujian ini peneliti menggunakan distribusi student “t” dengan derajat kebebasan (dk) = n – 2 serta tingkat signifikan () = 0,05. Tingkat signifikan yang digunakan dalam penarikan kesimpulan ini sebesar 0,05 memiliki arti bahwa kemungkinan penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas sebesar 95% atau toleransi kesalahan sebesar 5%. Tingkat signifikan sebesar 0,05 ini dipilih oleh peneliti karena tingkat ini dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara variabel-variabel di atas dan merupakan tingkat signifikan yang cukup namun digunakan dalam penelitian-penelitian ilmu sosial.
Selanjutnya hasil t hitung dibanding dengan t tabel dimana kriteria yang digunakan adalah:
Jika , maka ditolak dan jika , maka diterima.
Berdasarkan hasil analisis, jika Ho ditolak karena t hitung lebih besar daripada t tebel berarti ada peranan antara variabel X (Pembinaan yang dilakukan dosen) dengan variabel Y (kegairahan belajar mahasiswai). Sebaliknya, jika Ho diterima karena t hitung lebih kecil daripada t tabel berarti tidak ada hubungan yang berarti antara variabel X (Pembinaan yang dilakukan dosen) dengan variabel Y (kegairahan belajar mahasiswai).
P. Hasil Penelitian
1. Pembinaan yang Dilakukan Dosen Kepada Mahasiswa
Pencapaian hasil pembinaan dengan menggunakan skala likert diperoleh rata-rata hitungnya adalah 108.4507, sedangkan median atau nilai tengahnya jika data itu diurutkan menurut besarnya adalah 108. Kemudian modusnya atau modenya yaitu data yang frekuensinya paling banyak adalah 106, yang merupakan multiple mode, selanjutnya rata-rata penyimpangannya (deviasi rata-rata) atau yang sering kita sebut dengan standar deviasi adalah 20.30256. Pencapaian hasil pembinaan dengan menggunakan skala likert terendah adalah 54, sedangkan tertingginya adalah 147. dan jangkauannya atau rangenya adalah data tertinggi (maksimum) dikurangi data minimum diperoleh 93.
Penentuan interval kategori untuk variabel pembinaan dosen didasarkan pada skor ideal, dimana nilai tertinggi diberi skor 5 dan untuk nilai terendah diberi skor 1, maka jangkauan dibagi 5 katagori diperoleh 93 : 5 = 18,6.
Tidak baik Kurang baik Cukup baik Baik Sangat baik
54 – 72,60 72,61 – 81,20 81,21 – 89,80 89,81 – 108,60 108,21 – 147

2. Kegairahan Belajar Mahasiswa
Pencapaian hasil kegairahan belajar dengan menggunakan skala likert diperoleh rata-rata hitungnya adalah 118.7324, sedangkan median atau nilai tengahnya jika data itu diurutkan menurut besarnya adalah 119. Kemudian modusnya atau modenya yaitu data yang frekuensinya paling banyak adalah 122, selanjutnya rata-rata penyimpangannya (deviasi rata-rata) atau yang sering kita sebut dengan standar deviasi adalah 1,06148. Pencapaian hasil kegairahan belajar terendah adalah 96, sedangkan tertingginya adalah 142. dan jangkauannya atau rangenya adalah data tertinggi (maksimum) dikurangi data minimum diperoleh 46.
Penentuan interval kategori untuk variabel kegairahan belajar didasarkan pada skor ideal, dimana nilai tertinggi diberi skor 5 dan untuk nilai terendah diberi skor 1, maka jangkauan dibagi 5 katagori diperoleh 46 : 5 = 9,2. dan dikatagorikan sebagai berikut:

Tidak baik Kurang baik Cukup baik Baik Sangat baik
96,00 – 105,20 105,21-114,40 114,41-123,60 123,61 – 132,80 132,81-142

3. Pengaruh Pembinaan Dosen terhadap Kegairahan Belajar
Pada bagian ini akan menguji hipotesis yang telah ditetapkan di muka. Hipotesis tersebut adalah:
, yang berarti tidak terdapat pengaruh pembinaan dosen terhadap kegairahan belajar mahasiswa di FKIP Unla Bandung. Kemudian yang berarti terdapat pengaruh pembinaan dosen terhadap kegairahan belajar mahasiswa di FKIP Unla Bandung.
Langkah pengujian hipotesis:
a. Mengubah data ordinal menjadi interval dengan menggunakan transformasi Z Menentukan persamaan regresi variabel Y atas variabel X dengan perhitungan ada pada lampiran 1 diperoleh persamaan regresi Persamaan Regresinya adalah
b. Analisis Korelasi
Dengan perhitungan dengan menggunakan SPSS V.12.0 ternyata r hasilnya positif, diperoleh koefisien korelasi sebesar r = 0,517 (perhitungan ada pada lampiran 2), maka antara pembinaan dosen dengan kegairahan belajar sebesar 0,517.
Kemudian untuk menguji kebermaknaan korelasi digunakan diuji dengan menggunakan uji t diperoleh atau . Nilai t dari daftar untuk taraf nyata 0,05 dan dk = 69 dicari dengan menggunakan table diperoleh t untuk dk = 69 adalah 2,66. Ternya thitung lebih besar tdaftar sehingga hipotesis diterima yang berarti ( berarti ada pengaruh). Dengan demikian, maka hipotesis mengenai yang berarti terdapat pengaruh pembinaan dosen terhadap kegairahan belajar mahasiswa di FKIP Unla Bandung, diterima
c. Untuk melihat Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi (r2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) atau seberapa besar kontribusi variabel X terhadap variabel Y yang dapat dihitung dengan rumus:
Kd = r2 x 100%
Keterangan :
Kd = Koefisien determinasi
R = Koefisien korelasi

Artinya variabel pembinaan dosen terhadap kegairahan belajar mahasiswa di FKIP Universitas Langlangbuana Bandung memberikan kontribusi sebesar 26,73 %.. Sedangkan sisanya sebesar 100 % dikurangi 26,73 % samadengan 73,27 % adalah variabel lain yang tidak diteliti.
Q. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas penulis merasa perlu untuk menyampaikan saran-saran, sebagai berikut :
1. Kepada Pihak Fakultas, Pimpinan fakultas hendaknya lebih memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pengembangan dosen, dengan diikutsertakan dalam pendidikan dan pelatihan pembelajaran untuk memperluas wawasan pengetahuan tentang masalah-masalah pendidikan, sering melakukan koordinasi dengan dosen untuk shering masalah pembelajaran.
2. Kepada Dosen, Dengan hasil persepsi mahasiswa tentang pembinaan dosen yang dinilai sudah baik menurut mahasiswa, hendaknya tetap dipertahankan untuk dilakukan, akan lebih baik lagi jika pembinaan dosen lebih khusus diarahkan terhadap kebutuhan mahasiswa secara pribadi, pengembangan kemampuan dosen harus lebih ditingkatkan agar lebih kreatif dan inovatif.
3. Kepada mahasiswa, kegairahan belajar dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara tidak terlalu pada pembinaan dosen saja, seperti hasil penelitian yang diperoleh setiap mahasiswa lebih mandiri terhadap kesadaran belajar itu lebih utama.
4. Kepada Peneliti Selanjutnya, hasil penelitian ini bila memungkinkan bisa dijadikan sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya.

R. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, 1991. Metode Penelitian Sirvai Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta : LP3ES
________________. 1993. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Abdulhak, I, 1996. Strategi Membangun Motivasi dalam Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung : AGTA Manunggal Utama.
Bloom,B.S. (1956 ). Taxonomy of Educational Objectives. London: Long Man Group Limitied.
DePorter, B. Dkk, 2003. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
Hamalik, O, 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Mulyasa, E. ( 2005 ). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Poerwadarminta,W.J.S. (1976), Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sudjana. (1996 ). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung : Tarsito.
Syamsudin, A. ( 1982 ) Psikologi Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung.
Sagala, S, 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Rooijakkers,Ad. 1984, Mengajar dengan sukses. Jakarta: PT Gramedia.
Usman,U. ( 2001 ). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar